Jumat, 19 Agustus 2011
Batman dan Bah gendeng
“Huh, siyal, masa’ bocor lagi sih”,
ujar Batman gemas sambil
menendang pintu BatMobile-nya
perlahan. Meskipun kesal, ia
masih cukup sadar untuk tidak
melampiaskannya kepada
kendaraan tercintanya, yang
cicilannya belum lunas itu.
Dengan susah payah, ia
mendorong mobilnya ke pinggir,
ke sebuah tambal ban yang
kebetulan berada tidak jauh dari
situ.
“Mbah Gendeng – Nambal Ban
Sejak 1911”
Begitu tulisan yang tertera di
atas “bengkel” kecil yang
didirikan seadanya di bawah
sebuah pohon beringin besar.
“Bannya bocor ya, nak?”, tanya
seorang kakek tua yang tiba-tiba
muncul dari balik pohon.
“Iya, mbah”, jawab Batman lesu,
“sudah kedua kalinya nih.
Padahal baru sekitar 5km lalu
bocor dan ditambal.”
“Hmmm…”, mbah Gendeng
mengangguk-anggukan
kepalanya dan mulai
mempersiapkan peralatannya.
Bak air sabun untuk memeriksa
bagian ban yang bocor,
dongkrak, pompa angin, dan
sebagainya. “Silahkan duduk
dulu aja di kursi kayu itu, nak.
Biar mbah kerjakan dulu
bannya.”
45 menit berlalu, Batman mulai
gak sabar. Maklum, ia lagi
semangat-semangatnya untuk
bangkit kembali dari
keterpurukannya dan ingin
segera sampai ke WTC untuk
membuka gerai HP. Ditambah
lagi, seekor kura-kura
berseragam “Bukan Express”
yang tadi disalipnya kini sudah
berjalan melewati tempat ia
duduk. “Masa’ Batman kalah
cepet ama kura-kura”, pikir
Batman dalam hati. Penasaran, ia
mendekati Mbah Gendeng dan
mengintip kerjanya.
“Pantesan aja lama!”, sergah
Batman kasar. “Lha wong
kerjanya lambat banget gini! Apa
gak bisa lebih cepet lagi, mbah?!”
Mbah Gendeng meletakkan ban
dalam BatMobile yang sedang ia
pegang dan menoleh ke arah
Batman. Tatapannya yang tajam
membuat Batman secara tidak
sadar mundur selangkah ke
belakang. Tanpa disangka,
dengan tidak kalah kerasnya,
Mbah Gendeng balik bertanya,
“Memangnya kamu pikir
pekerjaan ini tidak penting
sehingga harus dikerjakan
dengan terburu-buru?”
“Memang begitu, kan? Cuman
nambal ban ini, apa pentingnya?
Jauh lebih penting pekerjaanku
yang ke sana kemari buat
nyelamatin dunia dari orang
jahat! Mbah tahu kan kalo aku ini
Batman?!”
“Iye, terus so what gitu loh, mau
situ Superman kek, Batman kek,
Barack Obama kek, SBY kek, tetep
aja, jangan pernah ngeremehin
pekerjaan saya!”
Batman sudah akan membuka
mulutnya lagi untuk menjawab,
namun kakek tua itu tidak mau
kalah cepat dan melanjutkan
kata-katanya.
“Dengarkan baik-baik, anak
muda. Coba pikir. Seandainya tadi
kamu dalam perjalanan untuk
menyelamatkan ribuan orang
dan banmu bocor, apa bukan
berarti yang saya kerjakan ini
tidak sama pentingnya dengan
pekerjaanmu? Dengan
memperbaiki ban bocormu
dengan baik dan teliti, secara
tidak langsung saya suda
membantu kamu menyelamatkan
mereka — ribuan orang itu.”
“Tidak usah muluk-muluk. Setiap
ban bocor yang saya perbaiki
pasti berhasil membawa
pengemudinya tiba dengan
selamat sampai di rumah. Coba
bayangkan apabila saya
melakukannya dengan asal-
asalan. Bisa terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, bukan?”
“Lihat ban dalammu ini”, Mbah
Gendeng menyodorkan dua
buah ban dalam BatMobile yang
sedang ia kerjakan. “Perhatikan
ini, bekas tambalan yang
dilakukan oleh penambal ban
sebelumnya. Kasar dan kurang
kuat rekatannya. Itu sebabnya
tadi ban mobilmu bocor lagi.
Masih untung tidak terjadi apa-
apa. Dan ini, yang ada di kanan,
adalah hasil tambalan ban yang
aku lakukan. Bandingkan!”
Batman tercenung. Ia
memperhatikan ban dalam pada
bagian yang ditunjukkan oleh
Mbah Gendeng dan ternyata
memang benar, pekerjaannya
kurang baik. Bahkan jauh
dibandingkan hasil pekerjaan
Mbah Gendeng. Padahal tadi ia
cukup senang dan memberi tips
lebih kepada penambal ban
sebelumnya karena kerjanya
hanya butuh waktu 5 menit saja.
Dengan menunduk, Batman
mohon maaf kepada Mbah
Gendeng dan beringsut kembali
ke kursi kayu untuk menunggu.
Di satu sisi, ia malu terhadap apa
yang telah ia lakukan, namun di
sisi lain, ia gembira karena
mendapat pelajaran baru
tentang hidup dan juga tentang
bisnis.
“Aku pasti tidak akan kalah oleh
Peter Parker”, ujar Batman dalam
hati sembari tersenyum.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar